Bukan Sekadar Mobil Mewah: Akio Toyoda Ungkap Makna Century untuk Jepang 100 Tahun ke Depan
0 Komentar 5 November 2025
Bagaimana mungkin sebuah merek yang dulunya bukan siapa-siapa di dunia, kini berani bermimpi membuat mobil kelas dunia dan berada di puncak segmen mewah? Reaksi meremehkan seperti itu dulu sering diarahkan ke Toyota. Tetapi alih-alih patah semangat, cibiran itu justru jadi bahan bakar motivasi.
Itu yang disampaikan Akio Toyoda, Chairman of the Board of Directors Toyota Motor Corporation, dalam presentasinya di Japan Mobility Show 2025 di Tokyo (29/11). Ia bilang, sejak awal Century itu bukan sekadar produk, tapi sebuah misi yang memanggul “Jepang” di pundaknya.

“Ini bukan sekadar membuat kendaraan. Dengan ide dan kemampuan orang Jepang, kami harus membuat industri kendaraan untuk Jepang,” ujar Akio menirukan perkataan kakeknya, Kiichiro Toyoda dulu.
Semangat itu sudah ada sejak awal Toyota berdiri. Di tahun 1930-an, Kiichiro bukan hanya sedang membangun pabrik mobil, tapi sedang membangun industri. Prinsip “tidak seperti yang lain” kemudian jadi DNA. Dari engineering, manufaktur, hingga cara menjual.
Dan dari situlah tongkat estafet ide itu turun ke Kenya Nakamura, kepala teknisi pertama Toyota. Century mulai dikembangkan tahun 1963, baru 30 tahun setelah Toyota berdiri, brand Toyota sendiri pun masih “anak baru” di dunia otomotif yang sedang merangkak naik.
Jadi tidak heran kalau banyak sindiran-sindiran yang mengarah ke Toyota.
Bagaimana mungkin perusahaan tanpa tradisi panjang dan gengsi bangsawan, berharap membangun mobil mewah kelas dunia? Tapi Nakamura tidak goyah. Ia justru menjawabnya dengan keyakinan:
“Tradisi akan mengikuti secara alamiah. Mari ciptakan mobil mewah jenis baru tidak seperti yang sudah ada sebelumnya,” ucap Nakamura.

Itulah yang melahirkan ide yang sangat unik yaitu sebuah mobil yang mengusung budaya Jepang ke dalam material dan detailnya. Dari ukir-ukiran zaman Edo sampai kain brukat Nishijin-ori sebagai pelapis jok.
Model Century orisinal inilah yang kemudian jadi mobil kesayangan Soichiro Toyoda, ayah dari Akio, untuk dipakai harian. Dan dari generasi ke generasi, Soichiro terus memberi masukan demi penyempurnaan Century. Termasuk didalamnya mengenai bagaimana caranya mobil ini harus stabil baik di jalan lurus maupun saat diterpa angin samping yang kuat.
baca juga : Dua Bintang Motogp Cedera, Dr Angel Charte Bicara Blak-blakan Soal Marquez dan Martin
Sampai akhirnya proyek yang digarap Soichiro dan Nakamura ini sering dicap sebagai “aksi nekat”. Tapi keduanya bersikukuh bahwa ada sesuatu yang lebih besar yang sedang mereka bangun. Ada nilai budaya yang ingin mereka persembahkan lewat produknya ini.
Akio mengatakan, itulah passion yang ditanamkan Kiichiro ketika ia ikut membentuk asosiasi industri automobile Jepang hanya tiga bulan setelah perang berakhir. Saat itu, Jepang ingin bangkit sebagai bangsa yang punya kontribusi besar untuk perdamaian dan kebudayaan.
Akio lalu merenung ketika kini sudah lebih dari lima dekade sejak Century lahir. Era ‘Jepang sebagai No.1’ sudah lewat. Yang dikenal sekarang adalah ‘the lost 30 year’. Jepang kehilangan energi dan dinamika, termasuk posisi kuatnya di panggung dunia.
Lalu ia bertanya dalam hati, kalau Kiichiro dan Nakamura melihat kondisi Jepang hari ini, apa yang mereka akan katakan? Akio percaya mereka tidak akan banyak bicara.
“Saya menduga mereka enggak akan mengatakan apapun dan langsung beraksi,” ujar Akio.
Nakamura dulu pernah dibuat geram ketika melihat judul berita seusai perang bertuliskan ‘Mulai Dari Nol’.
“Bukan dari nol. Betul bahwa fasilitas kami hancur dan kamis enggak punya bahan dan uang. Tapi kami punya kekuatan dan kemampuan yang membangun Jepang. Itu sebabnya kami mampu membangun kembali,” ucap Nakamura dengan kegeraman, dituturkan ulang Akio.
Hari ini, Jepang punya industri otomotif kelas dunia. Punya monozukuri (seni membuat sesuatu) yang menopang negara. Punya alam yang menarik dunia, budaya kuliner yang kaya, dan semangat merawat kenyamanan.
“Saya yakin, saat ini lebih dari itu. Kami membutuhkan Century,” ujarnya.
Nama Century sendiri lahir untuk menandai seratus tahun Era Meiji dan kelahiran Sakichi Toyoda, pendiri Toyota. Tapi bagi Akio sebagai cicit, maknanya bukan sekadar melihat ke belakang lagi tetapi merancang seratus tahun ke depan.
Emblem Phoenix pun bukan sekadar lambang yang diambil dari kisah mitologi Jepang, burung ini hanya muncul jika dunia dalam keadaan damai. Maka bagi Akio, “Century” adalah doa untuk perdamaian dunia dan kontribusi Jepang terhadap hal itu. Dan setelah Soichiro berpulang, Akio merasa ini sudah jadi misi pribadinya.
“Terima kasih pada Toyota, kami punya banyak teman yang membawa semangat Kenya Nakamura,” ucapnya.
“Bersama-sama kami memutuskan untuk meluncurkan merek Century ‘one of One’. Sebagaimana dikatakan Nakamura, tidak seperti yang lain,” lanjut Akio.
Century kini bukan hanya merek di Toyota Motor Corporation. Ini adalah brand yang ingin menggali spirit Jepang yang menjadi kebanggaan Jepang dan menunjukkannya ke dunia.
“The next Century begins with us,” pungkasnya. Lalu selubung mempunyai shade warna Unique Amber itu pun dibuka.
